![]() |
pic. pixabay |
Assalamualaikum,
Hai, bloggers…
Hari ini saya hanya ingin melakukan sedikit survey berkaitan dengan judul di atas. Fenomena Dunia Maya. Tapi tenang saja, tulisan ini tidak seserius judulnya, just take it easy yah darling. Eh tapi, ini maksudnya benar-benar dunia maya, yah, bukan Maya Estianti, Maya Romantir, apalagi Luna Maya yang baru putus sama Reino Barak #eh (mereka yang putus kenapa saya yang ga bisa move on)
Sebenarnya keresahan ini sudah lama saya rasakan, atau bisa jadi Kalian juga merasakan keresahan yang sama. #aseeekk
Pada Era Digital sekarang ini, sosialisasi dan silaturahmi mahluk hidup yang bernama Manusia hampir 50% terjadi di Dunia Maya. Jarak seakan tidak ada artinya lagi, hanya bilangan angka tanpa makna #eeaaa
Teknologi yang canggih mampu meredam kerinduan yang membara bagi pasanga-pasangan LDR, atau bagi mereka yang merantau jauh dari keluarga tercinta. Bisa telpon-telponan atau video call-an.
Yah, betul-betul jarak seakan bukan masalah lagi.
Lalu, bagaimana dengan sosialisasi kita dengan lingkungan sekitar. Tetangga sebelah rumah, kapan terakhir bergosip ria? #nunjukdirisendiri jujur saya hampir tidak pernah, hu hu hu.
Teknologi yang canggih memang mempermudah kegiatan kita. Khususnya belanja. Sebagai emak bekerja, saya tidak punya banyak waktu untuk belanja, khususnya keperluan pribadi. Untunglah para emak profesional di bidang domestik, banyak yang membuka usaha toko online. Dari menjual makanan, kosmetik, hingga baju dan banyak lagi yang lainnya.
Sebagian orang mungkin anti membeli barang atau khususnya pakaian di toko online. Dengan alasan, takut penipuan atau barang tidak sesuai dengan fotonya. Yah, setiap orang berhak mempunyai alasan dan tidak ada yang salah dengan semua itu.
Lain halnya dengan saya, saya termasuk orang yang fine-fine saja belanja apapun di toko online. Tentu saja barang-barang yang masuk akal. Saya sering belanja baju di toko online. Memang sih, tidak semuanya sesuai ekspektasi, tapi itu tidak membuat saya jera.
Justru, yang membuat saya jera adalah tipe-tipe penjual online yang mempromosikan produknya tapi tidak mencantumkan harga #grrr setiap ditanya harga selalu dijawab, “inbox say.” Sayangnya, saya termasuk orang yang tidak terlalu suka dipanggil “say” (langsung unfrend) #ups hahaha. Entah kenapa saya paling ga suka dipanggil dengan sebutan “say.” You can call me anything, but don’t ‘say’, plizzz! Apalagi kalau ada laki-laki yang memanggil, “say…” hadeeuuh #@$%^&*(~
Memang sih, banyak alasan kenapa para onlineshop ini selalu meng-inbox-kan harga pada pelanggannya. Katanya ini salah satu strategi pemasaran. Katanya juga biar pelanggan bisa chit chat kalau mau nawar. Entah, ini berhasil atau tidak. Please tell me.
Tapi, banyak juga pelanggan yang akhirnya membeli barang dengan alasan, “ya sudahlah... beli saja, ga enak sudah banyak nanya tapi ga jadi beli, ntar ditandain lagi.” #terpaksa
Tidak jarang juga, saya menemukan di beranda FB saya onlineshop memposting SS obrolannya dengan pelanggan yang panjang lebar tapi ga berhasil closing. #mungkinbelumrejeki
Jadi, kesimpulannya? Silahkan simpulkan sendiri saja, yah. 😊
Bebicara soal strategi pemasaran, bagaimana dengan, Lazad*, Shop*,Ziling*, bukalapa*dan lain lain. Kebalikan dengan para onlineshop yang saya ceritakan di atas tadi. Di sini, semua barang yang mereka jual harganya terpampang nyata. Apakah ini salah satu startegi pemasaran juga? Entahlah saya benar-benar ga tau. Please tell me, once again.
***
![]() |
pic. pixabay |
Satu hal lagi yang membuat saya penasaran, kalau tadi tentang onlineshop, sekarang tentang moderasi komentar pada blog.
Tahun 2018 ini, saya memutuskan untuk membuat rumah di dunia maya, alias blog. Salah satu wadah saya untuk mengukir sejarah dan menuliskan apa yang terlintas di kepala, yang terlihat oleh mata, juga terdengar oleh telinga. Newbie? Yup! Saya masih anak bawang di dunia per bloggeran ini, so please maklumi kenorakan saya yah kakak.
Terutama tentang yang satu ini.
Semenjak mulai aktif ngeblog, saya mulai akrab dengan istilah BW alias Blog Walking. Nah, ketika kita sudah berkomitmen untuk BW kita harus jalan-jalan ke blog teman-teman kita dan meninggalkan jejak berupa komentar, tentu saja komentar yang santun dan tidak OOT.
Ketika BW, jujur saja, jika saya anggap tulisannya asik, kontennya menarik saya akan benar-benar bertamu. Mulai menikmati satu persatu artikel yang ada pada blog tersebut. Saya banyak menemukan “mastah” (versi saya sendiri) dan banyak belajar dari mereka.
Ada satu hal yang saya perhatikan, beberapa blogger hebat, memoderasi setiap komentar yang masuk. Tapi, tidak sedikit juga Blogger hebat lainnya tidak memoderasi komentar sama sekali. Jadi setiap komentar langsung masuk saja #masukpakeko. Kira-kira apa alasannya, yah?
Menurut saya pribadi, jika berbicara tentang kenyamanan ber-BW-ria tentu saja komentar tanpa moderasi lebih nyaman. Karena, kita langsung tahu bahwa komentar kita sudah terpampang dan merasa telah menunaikan komitmen.
Di blog saya juga sengaja tidak di moderasi, selain saya ga mau repot untuk bolak-balik memoderasi, saya berusaha terbuka saja, mau komen silahkan, jika ada komentar yang tidak baik tinggal di hapus saja, hehehe ini menurut saya yang masih norak di dunia perbloggeran, maafkan, jangan dibully ya kakak. Mohon pencerahannya.
![]() |
pic. pixabay |
Oke deh, sebelum narasinya semakin panjang dan saya mulai ngelantur, langsung ke survey dan mohon tuliskan pendapat teman-teman blogger sekalian, yah.
Please answer this questions :
1. Teman-teman lebih suka belanja online dengan harga yang tertera atau “inbox say”? Kenapa?
2. Lebih suka BW dengan komentar yang dimoderasi atau tidak? Kenapa?
3. Blog teman-teman komentarnya dimoderasi atau tidak? Kenapa?
Terima kasih banyak, atas kesediannya teman-teman semua menjawab pertanyaan ini. Terima kasih juga atas pencerahannya.
Sekali lagi, tidak bermaksud menghakimi pihak manapun, ini murni dari rasa keingintahuan saya dan pendapat saya pribadi.
Salam hangat dari Batam!
*terima kasih telah singgah dan meninggalkan jejak